Jumat, 03 Juni 2011

MANAJEMEN PERJALANAN DAN EKSPEDISI


MANAJEMEN PERJALANAN
DAN EKSPEDISI


Pendahuluan
                Kegiatan alam bebas saat ini telah banyak penggemarnya, khususnya di kalangan generasi muda. Kegiatan yang didasari minat dan hobi ini memang mengandung unsur resiko selain unsur  pengetahuan, olahraga, dan rekreasi. Kegiatan ini dapat dikembangkan untuk tujuan-tujuan tertentu seperti survey dan penelitian, maksud-maksud wisata. Pendidikan dan latihan di alam terbuka didasari pemikiran bahwa kegiatan ini bermanfaat bagi pembentukan pribadi. Sistemnya dikembangkan secara sadar dan terencana, merupakan setting suatu kondisi peserta pendidikan dan latihan terlibat secara aktif dan mental.
                Perlu disadari, kegiatan alam bebas seperti pendakian, penjelajahan, penelusuran dan perjalanan di alam terbuka mengandung resiko. Penggiatnya menghadapi suatu perubahan dari kondisi hidup normal ke kondisi hidup tidak normal. Mereka menghadapi keterasingan, ketidakpastian, gerakan fisik yang banyak, rasa dingin, terik matahari, angin, dan gejala alam secara langsung. Adanya ketidakpastian atau resiko di alam terbuka serta perubahan kondisi dari kehidupan normal ke tidak normal yang mengakibatkan timbulnya bahaya bagi para penggiatnya (subjective danger) seperti fisik yang tidak sehat karena tidak dipersiapkan, tidak membawa perlengkapan yang memadai, tidak terencana dan banyak bahaya yang timbul karena kesalahan penggiat aktivitas alam bebas. Bahaya yang timbul dari dalam diri sendiri sangatlah wajar dan sesuai dengan kodrati, namun bahaya ini dapat dikurangi dengan usaha-usaha peningkatan keterampilan, kemampuan, dan pengalaman.
                Resiko lain dari kegiatan alam bebas adalah bahaya dari alam atau lingkungan di luar penggiatnya (objective danger). Bahaya ini merupakan keadaan dan gejala-gejala alam seperti medan yang terjal, arus yang deras, tanah longsor dan lain-lain. Objective danger ini tidak dapat dikurangi, karena merupakan hukum alam yang telah pasti meskipun kadang-kadang sulit diduga dan seringkali datang dengan tiba-tiba. Kita hidup selalu menghadapi resiko, apakah kita memilih untuk menghindarinya? (berani mati) atau kita akan berusaha mengatasinya? (berani hidup). Penggiat alam bebas terancam bahaya  yang dapat menimbulkan cedera fisik, maupun mental, bahkan tidak jarang dapat berakibat kematian. Namun juga akan mengalami kepuasan serta mendapatkan manfaat apabila ia berhasil mengatasi bahaya atau resiko tersebut.

Ekspedisi Susur Pantai – Dari Teluk Penyu Cilacap sampai Pantai Parangtritis Bantul selama satu bulan     (1 – 31 Januari 1992)
 

Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses adalah suatu cara yang sistematis untuk melakukan sesuatu, definisi manajemen sebagai suatu proses karena semua pemimpin apapun keahliannya dan keterampilannya, terlibat dalam suatu kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam memimpin suatu manajemen, ada beberapa 4 hal kegiatan utama manajemen :

PERENCANAAN (PLANNING)
Menunjukan bahwa pimpinan memikirkan tujuan dan kegiatannya sebelum melaksanakannya. Kegiatan mereka biasanya berdasarkan suatu cara, rencana, bukan asal tebak saja.

PENGORGANISASIAN (ORGANIZATION)
pimpinan bisa mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi. Sejauh mana efektifnya suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk mengerahkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuannya. Dengan semakin terpadu dan makin terarah pekerjaan akan menghasilkan makin efektifnya suatu organisasi. Mendapatkan koordinasi yang sedemikian itu merupakan salah satu tugas pemimpin.

MEMIMPIN (TO LEAD)
Menunjukan bagaimana pemimpin mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Dengan menciptakan suasana yang tepat, membantu bawahannya bekerja sebaik mungkin.

PENGENDALIAN (CONTROLING)
Pemimpin berusaha meyakinkan bahwa organisasi bergerak dalam arah dan tujuan. Apabila salah satu bagian dari organisasi menuju arah yang salah pemimpin berusaha mencari sebabnya dan kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang benar.
Roberts I Katz seorang pendidik dan manajer suatu perusahaan, telah menentukan tiga jenis dasar ketrampilan, yaitu tehnik (technical), manusiawi (human), dan konseptual (conceptual) yang menurutnya diperlukan oleh seorang pemimpin.
1.       Ketrampilan tehnik (technical skill) adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur dan tehnik suatu bidang yang khusus. Pemimpin membutuhkan ketrampilan yang cukup untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu yang menjadi tanggungjawabnya.
2.       Ketrampilan manusiawi (human skill) adalah kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain, memahami orang lain, mendorong orang lain, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Pemimpin cukup memiliki ketrampilan hubungan manusia  agar dapat ikut serta secara efektif dalam kelompok dan memimpin kelompok.
3.       Ketrampilan konseptual (conceptual skill) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinir dan memadukan semua kepentingan dan kegiatan organisasi. Ini mencakup kemampuan pemimpin untuk melihat organisasi secara keseluruhan dan memahami bagaimana perubahan pada setiap bagian dapat mempengaruhi keseluruhan organisasi.


Perencanaan Perjalanan
                Dorongan untuk melakukan petualangan di alam terbuka menyebabkan para penggiatnya melakukan berbagai kegiatan perjalanan, mulai dari perjalanan kecil pendakian gunung, penyusuran pantai, pengarugan sungai berarus deras, sampai dengan perjalanan besar yang sering disebut ekspedisi. Perjalanan tersebut dilakukan dengan berbagai tujuan, mulai dari tujuan eksplorasi, survey, maupun tujuan sekedar jalan-jalan. Semua jenis perjalanan  tersebut dengan tujuannya masing-masing memerlukan persiapan yang baik, mengingat kegiatan di alam terbuka seperrti ini menghadapkahn kita pada berbagai kondisi alam yang apabila tidak kita ketahui dengan baik akan menghadapkan kita pada keadaan yang dapat membahayakan jiwa, dan sebaliknya apabila kita pahami akan memberikan kenikmatan, bertualang bagi orang yang berkesempatan untuk berpartisipasi di dalamnya.
                Banyak kejadian kecelakaan dalam kegiatan di alam terbuka disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh orang yang melakukannya. Sesungguhnya hal ini dapat dihindarkan dengan memberikan perbekalan pengetahuan dan ketrampilan sehingga para penggiat alam terbuka mempunyai kemampuan yang memadai.
                Collin Mortlock, seorang pakar pendidikan alam terbuka mengkategorikan kemampuan yang diperlukan oleh para penggiat di alam terbuka sebagai berikut :
1.       Kemampuan teknis, yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan, serta efesiensi penggunaan perlengkapan.
2.       Kemampuan kebugaran, mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung, dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuhnya terhadap tekanan lingkungan alam.
3.       Kemampuan kemanusiawian, yaitu pengembangan sikap positif ke segala aspek utuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisa diri, kemandirian, serta kemampuan memimpin dan dipimpin.
4.       Kemampuan pemahaman lingkungan, yaitu pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan yang spesifik.

Keempat kemampuan tersebut tidak mudah untuk dikuasai dengan baik, namun pasti diingat bahwa penguasaan kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam kegiatan di alam terbuka. Dalam merencanakan dan melakukan perjalanan tentunya harus dilakakukan persiapan yang baik, sehingga perjalanan dapat kita lakukan dengan nyaman dan aman, serta dapat kembali pulang dengan selamat. Setiap penggiat juga harus membekali diri dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin saja muncul. Hal-hal yang harus kita pahami dalam perencanaan perjalanan adalah:
·         Pertama kita harus dibekali dengan kemampuan untuk memilih, mengatur serta menggunakan perlengkapan dan perbekalan, kemampuan teknis menggunakan alat bantu perjalanan (misalnya untuk hutan gunung : peta dan kompas ) kemampuan berkemah (berbivak, mambuat api, dan lain-lain).
·         Kedua, diperlukan kemampuan fisik yang baik, sehingga selain diperlukan kemampuan tubuh yang sehat juga diperlukan latihan fisik sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
·         Ketiga, diperlukan mental yang siap untuk menghadapi kegiatan berat di alam terbuka.
·         Keempat, diperlukan pemahaman yang baik terhadap kondisi alam yang akan dihadapi dan mencakup bagaimana memilih waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan dihubungkan dengan lokasi, musim, serta pengetahuan lingkungan medan yang akan ditempuh dan bagaimana cara mengantisipasi kesulitan yang akan timbul.

Keselamatan, merupakan hal yang mutlak untuk diperhitungkan. Penanggungjawab kegiatan perjalanan harus dapat memutuskan apakah situasi dalam perjalanan adalah aman atau berbahaya. Untuk keadaan berbahaya dapat dilakukan penggolongan faktor penyebab bahaya, yaitu bahaya subyektif dan bahaya obyektif.
·         Bahaya Subyektif adalah potensi bahaya yang berada di bawah kendali manusia yang melakukan kegiatan, contohnya pemilihan alat yang salah, cara penggunaan perlengkapan yang tidak dikuasai dengan baik, pemilihan jenis perjalanan yang tidak tepat untuk pesertanya.
·         Bahaya Obyektif adalah yang berada di luar kendali manusia, misalnya badai, banjir, panas dan lain-lain.
Semakin subyektif suatu bahaya, maka akan semakin dapat diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan. Para pemula dalam kegiatan di alam terbuka mempunyai kecenderungan untuk berada di daerah bahaya subjektif. Kecelakaan dapat saja terjadi pada semua orang, namun tidak dapat disangkal lagi bahwa kebanyakan kecelakaan terjadi diakibatkan oleh bahaya subyektif. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir semua kecelakaan dapat kita hindarkan. Oleh karena itu setiap peserta perjalanan haruslah terlatih dan waspada bahwa kecelakaan dapat terjadi sewaktu-waktu.
Aturan dalam hal keselamatan adalah kewaspadaan dari penanganan yang tepat pada saat bahaya. Perlu ditekankan bahwa sebagian besar kecelakaan dapat dihindarkan, namun jangan beranggapan bahwa semua jawaban dari permasalahan bahaya dapat kita ketahui terlebih dahulu. Sehingga keberhasilan dalam menangani keadaan yang berbahaya lebih banyak disebabkan oleh perencanaan yang hati-hati dan penanganan yang tepat, bukannya dikarenakan oleh keberuntungan. Pemahaman berbagai keadaan bahaya dan detail teknis penanganan harus ditanamkan pada penggiat di alam bebas.
Ada beberapa faktor yang perlu dijadikan acuan dalam perencanaan perjalanan :

 

FAKTOR ALAM

                Faktor alam mencakup mengenai pemahaman mengenai lokasi tujuan, medan yang akan dihadapi, iklim daerah yang dituju dan hal-hal lain yang berkaitan dengan lingkungan. Pengantisipasian hal ini adalah dengan melakukan studi literatur yang kuat, informasi dari pemerintah setempat, hubungan dengan badan yang terkait, misalnya : Badan Meteorologi dan Geofisika. Dengan mengetahui semua hal tersebut dapat direncanakan waktu (musim) yang tepat untuk melakukan perjalanan serta dapat dipilih rute yang paling baik dan sesuai dengan lingkungan.

FAKTOR PESERTA

                Faktor peserta adalah hal yang berhubungan dengan personil peserta perjalanan, mencakup pemilihan personil, kepemimpinan, deskripsi kerja, serta tanggungjawab para peserta perjalanan serta kemampuan setiap peserta perjalanan.

 

FAKTOR PENYELENGGARAAN

                Penyelenggaraan dalam perjalanan mencakup permasalahan faktor teknis dan non teknis. Pada perjalanan yang besar (ekspedisi), ada faktor semi teknis. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

 

Faktor Teknis

                Adalah permasalahan daya upaya operasi yang berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Yang termasuk hal teknis adalah penyiapan kemampuan personil, skenario dan sistem operasi, pemilihan perlengkapan dan perbekalan, sistem pendokumentasian, serta hal-hal lain yang dianggap berkaitan dengan masalah keselamatan.

 

Faktor Non Teknis

                Adalah permasalahan daya dukung operasi yang tidak berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Daya dukung ini mencakup masalah administrasi organisasi (dana, ijin, publikasi, kesekretariatan) dan pendukung operasi global (komunikasi global, akomodasi kota, transportasi global).

Faktor Semi Teknis (untuk perjalanan ekspedisi dan kompleks)
                Adalah permasalahan daya dukung operasi yang berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan namun bersifat non teknis.  Misalnya komunikasi base camp team, advance team, take-in/take-out team, rescue team, delivery team.

Faktor-faktor di atas akan merupakan acuan untuk menentukan tingkat kesulitan perjalanan. Acuan faktor teknis adalah kesiapan peserta mengantisipasi kesulitan medan operasi. Acuan non teknis adalah kesiapan peserta mengantisipasi daya dukung operasi. Acuan faktor semi teknis adalah kesiapan peserta mengantisipasi daya dukung operasi dengan memperhitungkan pula kesulitan medan operasinya.
                Rencana yang baik akan membagi kegiatan menjadi sejumlah tahapan yang mengacu pada waktu yang tersedia dan mencakup pekerjaan. Keterlambatan dapat terjadi karena harus menunggu selesainya satu pekerjaan dan ketidaktahuan kapan pekerjaan lain dapat dimulai.




Jadwal Rencana  Kegiatan Perjalanan Kecil
 

Ide
Partnership
Tim Building
Job Description
Usaha Dana
Pembelian Dan Klasifikasi Alat
Pack Dan Chek
Take Out

INFORMASI
IJIN

BRIEFING


KALKULASI
BOOKING TRANSPORT


Jadwal kegiatan di atas dapat bervariasi untuk jenis kegiatan atau perjalanan yang berbeda. Skala waktu tidak digambarkan di sini karena jadwal ini menekankan pada tahapan kerja. Setelah jadwal rencana ini dibuat, kemudian dapat disusun skala waktu bulanan, mingguan bahkan dapat dikembangkan menjadi skala harian tergantung besar dan prioritas kegiatan.
                Jalur garis rencana perjalanan yang memakan waktu yang lama dapat diberikan garis yang lebih tebal sehingga usaha untuk mempercepat jalannya persiapan perjalanan dapat dilakukan dengan mengusahakan pengelolaan yang lebih efisien dan efektif. Ingat, ini hanya mengingatkan kita mengenai tahapan berpikir dalam mempersiapkan perjalanan. Tabel jadwal rencana ini membantu kita untuk berpikir logis tentang tahapan kegiatan.


Organisasi Ekspedisi
                Perjalanan, atau kadang kita menyebutnya traveling, semua orang pernah melakukannya. Tetapi perjalanan yang dimaksud di sini adalah suatu petualangan yang lebih popular kita sebut ekspedisi. Definisi dari ekspedisipun bermacam-macam. Tetapi definisi yang akan kita bahas tentu saja dari kacamata kita sebagai seorang mahasiswa pencinta alam. Secara umum, ekspedisi bisa diartikan, suatu kegiatan besar yang mengambil lokasi relatif jauh atau jarang dikunjungi manusia dan memakan waktu relatif lama atau merupakan suatu kegiatan yang baru (belum umum) di alam bebas, misalnya penelitian dan sebagainya.
                Ekspedisi sendiri terdiri dari tiga macam bentuk sifat kegiatan yang berbeda, yaitu:

 

EKSPEDISI BERSIFAT OPERASIONAL

                Jenis ekspedisi ini merupakan pencerminan kegiatan empat divisi operasional yang terdapat di GEGAMA, yaitu Hutan Gunung, Penelusuran Gua, Panjat Tebing, dan Arung Jeram. Dari beberapa ekspedisi yang pernah dilakukan GEGAMA, sebagian besar merupakan kegiatan yang murni operasional, sebagai contoh adalah Ekspedisi Putri GEGAMA di Gunung Agung Bali, Ekspedisi Gabungan Pemanjat Putri di Cima Ovest, Italy dan lain-lain.

 

EKSPEDISI BERSIFAT PENELITIAN

                Jenis ekspedisi ini paling jarang dilakukan oleh GEGAMA, hal ini dikarenakan perkembangan tren kegiatan ekspedisi yang masih identik dengan kegiatan operasional. Pada umumnya ekspedisi ini lebih mengarah pada lingkungan. Akhir-akhir ini, platform lingkungan mahasiswa pencinta alam  di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, sehingga paradigma tentang ekspedisi penelitian lingkungan semakin diminati. Sebagai contah adalah Ekspedisi GEGAMA Karimunjawa.

EKSPEDISI BERSIFAT OPERASIONAL DAN PENELITIAN.
                Jenis ekspedisi seperti inilah yang akan terus dikembangkan dan menjadi sudut pandang berbagai kegiatan yang dilakukan oleh GEGAMA saat ini. Ekspedisi ini menggabungkan jenis kegiatan yang bersifat operasional dan ekspedisi yang bersifat penelitian. Sebagai contoh adalah Ekspedisi Celebes Penggalian Potensi Wisata Arung Jeram di Sungai Saadang Sulawesi Selatan, Ekspedisi Celebes II Penggalian Potensi Wisata Pesisir Polewali-Pegunungan Mamasa di Sulawesi Selatan.             

Ekspedisi Slebes II di  Wilayah Kab. Polewali Mamasa Sul-sel. Selama 6 minggu (23 Okt 2001 – 30 Nop 2001) disertai dengan pelaksanaan KKN alternatif dari pihak Universitas
 

                Pada prinsipnya, ada empat macam tahap yang harus dilalui dalam kegiatan ekspedisi :

Tahap Perencanaan

                Dalam tahap awal dari rangkaian ekspedisi, tugas utama yang harus dilakukan merancang ekspedisi. Dan untuk merancang  eksepedisi, dibentuk tim perancang yang lebih umum disebut Tim Kecil. Tim ini biasanya beranggotakan 5-6 orang, dan tentu saja ada beberapa syarat yang dipenuhi seseorang untuk duduk di tim kecil tersebut, yaitu
·         Orang yang benar benar mengetahui, mamahami dan mau bertindak terhadap kondisi GEGAMA saat itu.
·         Orang yang diakui dan mampu dalam perencanaan perjalanan besar (manajerial).
·         Orang yang saat itu dianggap menjadi salah satu nahkoda perjalanan organisasi.
·         Orang yang dianggap berwawasan luas dan mampu memberikan masukan, baik konsep, ide, pendapat, maupun hal yang bersifat teknis.
Tugas tim ini tergolong berat, karena harus menyusun ekspedisi dari awal, dari mulai jenis ekspedisi, waktu pelaksanaan, jadwal kegiatan, jadwal waktu tugas dan kegiatan panitia (OC) dalam korelasi hari/ minggu, jumlah anggota tim, anggaran kegiatan, hingga akhir pelaksanaan ekspedisi, singkatnya, tim kecil ini juga bertugas menyusun proposal ekspedisi. Untuk menjadi pemahaman bahwa pelaksanaan ekspedisi dimulai dari perencanaan, pra lapangan, lapangan, dan pasca lapangan. Tugas tim ini sebenarnya berakhir ketika panitia (OC) mulai terbentuk, akan tetapi, tim kecil tidak bubar begitu saja karena sebagian besar dari mereka akan ditransformasi menjadi SC dan OC, hal ini dimaksudkan agar antara SC dan OC ada keharmonisan dalam menjaga rule of the game yang sudah dibuat oleh tim kecil.  Sehingga ketika OC terbentuk, secara otomatis job description masing-masing sie dalam kepanitiaan sudah ada, sehingga tinggal kecerdasan ketua OC untuk memanajemen kepanitiaan yang tergolong besar, memastikan semua kerja panitia sesuai dengan rencana waktu kerja masing-masing, sehingga target yang sudah disusun tim kecil dapat dilaksanakan dengan baik.

Tahap Persiapan

                Dalam tahap ini karena kepanitiaan ekspedisi sudah terbentuk, maka hal yang pertama kali dilakukan oleh panitia adalah melaksanakan jadwal kerja yang telah disusun oleh tim kecil, dan melakukan pembagian kerja yang jelas dan tegas. Pada intinya tahap persiapan dibagi menjadi dua, yaitu :
1.       Bidang administratif,  hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan teknis pelaksanaan di lapangan berada di dalam bidang ini, misalnya ijin, dana, perlengkapan, transportasi, akomodasi, komunikasi, konsumsi, humas.
2.       Bidang teknis, hal-hal yang berhubungan dengan teknis lapangan berada di dalam bidang ini. Cakupan bidang ini adalah persiapan seluruh kemampuan yang dibutuhkan dalamm pelaksanaan ekspedisi, meliputi segi skenario lapangan, penyeleksian tim,  tehnik, fisik, dan mental. Susunan skenario berdasarkan pada hasil survey, sehingga dimungkinkan dilakukan penyusunan beberapa macam skenario lapangan. Ada baiknya dilakukan pemisahan personal dari dua bidang tersebut, sehingga tercapai kesiapan yang maksimal sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Apabila diperlukan faktor semi teknis, pembahasannya dapat dilakukan di bidang ini.
Dalam tahap ini, sangat waajib bagi seorang ketua OC untuk selalu melakukan evaluasi secara berkala, artinya, dengan mengacu jadwal waktu kegiatan, , target administratif maupun teknis yang telah terpenuhi atau belum terpenuhi akan dibahas. Ada baiknya sebelum pelaksanaan lapangan dilakukan simulasi lapangan, sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan yang mungkin tidak atau belum terpikirkan oleh panitia pelaksana. Persiapan akhir yang dilakukan adalah cek  persiapan tim secara keseluruhan sekaligus menjadi evaluasi terakhir sebelum tim diterjunkan di lapangan.

 

Tahap Pelaksanaan

Tahap ini diawali dengan keberangkatan tim pendahulu (advance team). Tim ini akan berangkat terlebih dahulu ke lapangan dan melakukan cek ulang berbagai kesiapan dan fasilitas pendukung yang segera dibutuhkan oleh tim secara keseluruhan. Masalah yang umum adalah akomodasi, transportasi, perijinan. Biasanya proses kegiatan tim ini menjadi ajang lebih mengakrabkan dengan mapala setempat.
Hubungan komunikasi yang dilakukan dari tim pendahulu ke panitia, kemudian dilakukan konfirmasi kegiatan keberangkatan tim, dan skenario serta jadwal ekspedisi. Sehingga ketika tim ekspedisi sudah sampai di lokasi, penting sekali untuk segera melakukan evaluasi, untuk membandingkan skenario kegiatan yang telah disusun dengan kegiatan aktual di lokasi kegiatan, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
Selanjutnya, seluruh rangkaian ekspedisi dapat dilaksanakan. Dan perlu diingat, bahwa selama rangkaian ekspedisi berjalan, tiap tahapan harus segera dilakukan evaluasi secara teratur, hal ini besar sekali pengaruhnya terhadap efesiensi waktu dan hasil ekspedisi.
Agar menjadi perhatian, bahwa segala bentuk bantuan dari mapala setempat, masyarakat, pemerintah daerah, sangat penting artinya dalam menentukan kesuksesan jalannya ekspedisi, sehingga tim yang diterjunkan di lapangan hendaknya bersikap positif.

Tahap Penyelesaian (Pasca Lapangan )
Tahap ini merupakan tahapan yang paling sulit untuk dilaksanakan dalam suatu rangkaian ekspedisi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
·         Tim dan panitia berada pada kondisi yang lelah secara fisik dan psikis.
·         Baik tim dan panitia biasanya mulai lepas koordinasi.
·         Perasaan menang yang berlarut-larut.
Di dalam tahap ini hendaknya menjadi perhatian ketua OC untuk lebih cerdas dalam mengejar target pasca lapangan, salah satu siasatnya adalah dengan pembuatan laporan sementara di lapangan.
Sebagai studi kasus, dalam pelaksanaan Ekspedisi Celebes II Polewali-Mamasa, dibutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk menyelesaikan secara tuntas dari mulai perencanaan hingga penyelesaian pasca lapngan. Hal ini bukan diakibatkan menurunnya semangat tim ekspedisi semata, tetapi lebih kepada jenis kegiatan pasca ekspedisi yang banyak dan memiliki sifat kegiataan yang besar. Kekompakan tim, saling memompa semangat, dan perasaan senasib sangat berperan dalam penyelesaian rangkaian yang panjang ini. Satu lagi tindakan akhir yang penting, bahwa penyampaian hasil ekspedisi kepada pihak-pihak yang terkait dan penyampaian ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ekspedisi dan seluruh rangkaian ekspedisi berakhir.


Skema Kepanitiaan Ekspedisi


 












































Tabur Darah Merah, Kubur Tulang Putih!…
Utomo Tri Rahasto--GGM 14.180